Buffer Dalam Saliva
Oleh
:
Muhammad Firdaus Ramdani
A102.10.046
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur bagi
Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya diberi kesempatan dan jalan
untuk merampungkan makalah ini.
Makalah ini saya buat sebagai sebuah
tugas kami dalam mata kuliah Kimia Analitik I di Akademi Analis Kesehatan
Nasional Surakarta. Materi dalam makalah ini diambil dari beberapa sumber
sehingga makalah ini inshaAllah akan sangat relevan bagi pembaca.
Sebagai penutup, saya sebagai
penyusun mengucapkan maaf jika masih ada beberapa kekurangan dalam makalah ini,
dan saya sangat mengharapkan kritik, saran, atau masukan lain demi perbaikan
karya-karya saya dimasa yang akan datang, Wassalam.
Surakarta, September 2014
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam tubuh manusia
terdapat larutan penyangga atau biasa disebut larutan buffer. Terdapat berbagai
macam buffer dalam tubuh. Letak buffer dalam tubuh tersebut tidak sama.
Ada yang terdapat dalam darah, ginjal, lambung dan juga mulut.
Buffer adalah larutan
yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau garam dengan basa lemahnya.
Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH
jika ke dalam larutan ditambahkan sedikit asam atau basa. Hal ini disebabkan
larutan penyangga memiliki pasangan asam basa konjugasi.
Saliva adalah suatu
cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi
dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva memiliki
peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem didalam
rongga mulut. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur.
Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Buffer saliva adalah
larutan yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap konstan. Sebagai bukti
bahwa pentingnya saliva sebagai buffer berasal dari penelitian pH lesi karies
dengan plak gigi. Makin rendah pH saliva, maka karies akan cenderung semakin
meningkat. Pada lesi karies yang dalam, dijumpai pH lebih rendah dibanding
dengan lesi karies yang dangkal yang pH nya mendekati pH saliva.
B. TUJUAN
Setelah mempelajari
materi ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.
Mengetahui definisi buffer saliva dalam
mulut
2.
Mengetahui jenis buffer yang terdapat
dalam saliva
3.
Mengetahui mekanisme saliva sebagai
buffer
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Buffer Saliva
Buffer adalah suatu
larutan yang terdiri atas dua atau lebih senyawa kimia yang dapat mencegah
timbulnya perubahan yang besar pada konsentrasi ion hidrogen bila pada suatu
larutan tersebut ditambahkan suatu asam atau basa.
Saliva adalah suatu
cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi
dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva memiliki
peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem didalam
rongga mulut. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur.
Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Saliva memiliki
komposisi utama adalah air sebesar 98%. Dalam saliva juga terdapat komponen
lain. Komponen saliva dapat dibedakan atas komponen organik dan komponen
anorganik. Komponen organik saliva terdiri dari amilase, imunoglobulin, mukus,
gikoprotein, lisozim, sistem peroksidase, laktoferin, laktoperoksidase dan
gustin. Sedangkan komponen anorganik dalam saliva adalah ion kalsium,
magnesium, fluorida, bikarbonat, kalium, natrium, klorida dan amonium. Selain
itu terdapat gas karbondioksida, nitrogen dan oksigen.
Bikarbonat adalah ion
buffer yang terpenting dalam saliva. Konsentrasi bikarbonat pada kelebihan
parotis dan submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva.
Reaksi :
H2CO3 →
HCO3- + H+
CO2 + H2O
→ H2CO3
→ HCO3- + H+
Buffer saliva adalah larutan
yang dapat mempertahankan pH saliva supaya tetap konstan. Sebagai bukti bahwa
pentingnya saliva sebagai buffer berasal dari penelitian pH lesi karies dengan
plak gigi. Makin rendah pH saliva, maka karies akan cenderung semakin
meningkat. Pada lesi karies yang dalam, dijumpai pH lebih rendah dibanding
dengan lesi karies yang dangkal yang pH nya mendekati pH saliva.
Susunan kualitatif dan
kuantitatif elektrolit dalam saliva menentukan pH dan kapasitas buffer saliva.
Derajat keasaman saliva tergantung pada perbandingan asam dan konjugasi
basanya. Derajat keasaman saliva akan menurun menjadi 4-5 dalam waktu 3-5 menit
setelah berkumur – kumur dengan substrat yang cocok dan setelah satu jam akan
kembali ke keadaan semula yaitu 6-7.
Komponen yang berperan
serta sebagai buffer pada saliva adalah fosfat, urea, protein dan bikarbonat.
Bikarbonat merupakan komponen yang paling besar fungsinya sebagai buffer dalam
saliva karena sifatnya yang mudah untuk berikatan dengan hidrogen. Fosfat yang
berperan untuk beberapa tingkatan dalam buffer saliva pada keadaan volume
saliva yang rendah. Sedangkan protein merupakan komponen yang paling sedikit
peran sertanya sebagai buffer. Fosfat sulit mengikat asam, sedangkan bikarbonat
merupakan komponen yang paling mudah mengikat asam.
Reaksi :
H2O + CO2 → HCO3- + H+
Derajat keasaman dan
kapasitas buffer diperkirakan disebabkan oleh susunan bikarbonat yang meningkat
sesuai dengan kecepatan sekresi. Hal ini dapat diartikan bahwa pH dan kapasitas
buffer saliva meningkat sesuai dengan kenaikan laju kecepatan sekresi saliva.
Bagian-bagian saliva lainnya seperti fosfat (terutama HPO42-) dan protein,
hanya merupakan tambahan sekunder pada kapasitas buffer. Ureum pada saliva
dapat digunakan oleh mikroorganisme pada rongga mulut dan menghasilkan
pembentukan amonia. Amonia tersebut akan menetralkan hasil akhir asam
metabolisme bakteri, sehingga pH menjadi lebih tinggi.
B. Macam – macam Buffer dalam Saliva
1. Buffer
Bikarbonat
Buffer bikarbonat yang
khas terdiri atas campuran asam karbonat (H2CO3) dan natrium bicarbonat
(NaHCO3) dalam larutan yang sama. Asam karbonat sebenarnya merupakan asam yang
sangat lemah karena dua alasan : Pertama, dibandingkan dengan asam – asam
lainnya derajat disosiasinya menjadi ion hidrogen dan ion bicarbonat adalah
rendah. Kedua, kira – kira 399 bagian dari 400 asam karbonat yang terdapat
dalam larutan itu sebagian besar akan segera berdisosiasi menjadi
karbondioksida dan air, sehingga sisa larutan itu merupakan larutan
karbondioksida yang konsentrasinya tinggi namun hanya mengandung asam dengan
konsentrasi rendah. (Guyton, 2012)
Bila larutan buffer yang mengandung garam
bikarbonat, ditambahkan asam yang kuat seperti asam hidroklorida maka akan
terjadi reaksi berikut ini :
HCl + NaHCO3 → H2CO3 + NaCl
Dari persamaan ini
terlihat bahwa asam hidroklorida yang kuat akan diubah menjadi asam karbonat
yang sangat lemah. Oleh karena itu, penambahan HCl diatas hanya akan sedikit
merendahkan pH larutan.
Sebaliknya, bila pada larutan buffer yang mengandung asam karbonat ditambahkan
basa kuat seperti natrium hidroksida maka akan terjadi reaksi berikut ini :
NaOH + H2CO3 → NaHCO3 + H2O
Persamaan ini
menunjukkan ion hidroksil yang ada dalam natrium hidroksida itu akan berikatan
dengan ion hidrogen yang berasal dari asam karbonat untuk membentuk air dan
bahan lainnya yaitu natrium bikarbonat. Hasil akhirnya adalah berubahnya basa
kuat NaOH menjadi basa lemah NaHCO3.
2. Buffer
Fosfat
Cara kerja sistem dapar
fosfat hampir identik dengan sistem dapar bikarbonat, namun sistem ini terdiri
atas dua elemen berikut: H2PO4- dan HPO42-. Bila pada campuran yang mengandung
kedua bahan ini ditambahkan asam kuat, misalnya asam hidroklorida, maka akan
terjadi reaksi berikut:
HCI + Na2HPO4 → NaH2PO4 + NaCl
Hasil akhir dari reaksi
ini adalah asam hidrokloridanya akan dipindahkan, dan pada tempatnya akan
ditambahkan sejumlah NaH2PO4 yang terbentuk. NaH2PO4 sebenarnya hanya merupakan
asam lemah, sehingga asam kuat yang ditambahkan tadi akan diubah menjadi asam
yang sangat lemah, dan pHnya relatif akan berubah sedikit.
Sebaliknya, bila pada
sistem dapar ditambahkan asam yang kuat, maka akan terjadi reaksi berikut:
NaOH + NaH2PO4 → Na2HPO4 + H2O
Pada reaksi ini natrium
hidroksida akan terurai menjadi air dan Na2HPO4. Jadi, bila pada basa Na2HPO4
yang sangat lemah itu ditambahkan basa yang sangat kuat, maka pH hanya sedikit
bergeser ke arah sisi alkali.
Lihatlah sistem bufer
fosfat sebagai contoh. Sistem bufer fosfat terdiri dari ion dihidrogen fosfat
(H2PO4-) yang merupakan pemberi hidrogen (asam) dan ion hidrogen fosfat (HPO4-)
yang merupakan penerima hidrogen basa. Kedua-duanya ion tersebut berada dalam
keseimbangan dan hubungannya bisa ditulis sebagai rumus berikut:
H2PO4-
H+ + HPO4 2-
3. Buffer
Protein
Buffer tubuh yang
paling banyak adalah protein sel dan plasma. Metode sistem buffer protein
bekerja adalah tepat sama seperti kerja system buffer bikarbonat. Suatu protein
terdiri dari asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida,
tetapi beberapa macam asam amino mempunyai ujung – ujung asam bebas yang
berfungsi sebagai asam basa lemah dalam berbagai sistem buffer (Guyton, 2012)
Bisa ditulis reaksi seperti berikut ini
:
H3N+ − CH2 – COOH ↔ H3N+
− CH2 – COO- ↔ H2N− CH2− COO-
4. Buffer
Urea
Urea dalam saliva dapat
menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme
gula. Kapasitas bufer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan
sekresinya. Peningkatan kecepatan sekresi saliva mengakibatkan naiknya kadar
natrium dan bikarbonat saliva, sehingga kapasitas buffer saliva pun meningkat.
Peningkatan kapasitas buffer dapat melindungi mukosa rongga mulut dari asam
yang terdapat pada makanan saat muntah. Selain itu, penurunan pH plak sebagai
akibat ulah organisme akan dihambat (Kidd and Bechal, 1987). Sistem buffer
saliva membantu mempertahankan pH rongga mulut sekitar 7,0 (Ganong, 1995).
Diet protein akan
menyebabkan kandungan urea dalam saliva tinggi, sehingga memberi efek sifat
basa dan pH ini bukan merupakan pH kritis yang dapat menyebabkan terjadinya
proses karies gigi, ataupun memperparah karies gigi yang sudah terjadi, karena
yang diukur adalah pH saliva secara keseluruhan, yang merupakan produksi kelenjar
saliva mayor, minor, cairan krevicular gingiva, dan komponen-komponen plak.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pH Saliva
Derajat keasaman (pH)
dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh irama cyrcadian, diet dan rangsangan terhadap kecepatan sekresi
saliva.
a. Irama
Cyrcadian
Irama cyrcadian mempengaruhi pH dan kapasitas buffer
saliva. Pada keadaan istirahat atau segera setelah bangun, pH saliva meningkat
dan kemudian turun kembali dengan cepat. Pada seperempat jam setelah makan
(stimulasi mekanik), pH saliva juga tinggi dan turun kembali dalam waktu 30 –
60 menit kemudian. pH saliva agak meningkat sampai malam, dan setelah itu turun
kembali.
b. Diet
Diet juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva. Diet
kaya karbohidrat dapat menurunkan kapasitas buffer saliva, sedangkan diet kaya
serat dan diet kaya protein mempunyai efek meningkatkan buffer saliva. Diet
kaya karbohidrat meningkatkan metabolisme produksi asam oleh bakteri – bakteri
mulut, sedangkan protein sebagai sumber makanan bakteri, meningkatkan sekresi
zat-zat basa seperti amonia.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Larutan penyangga,
larutan dapar atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan
nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.
Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH nya hanya berubah sedikit
dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga
tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan
asam konjugatnya. Reaksi antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai
reaksi asam basa konjugasi.
Larutan penyangga atau
larutan buffer merupakan larutan yang berfungsi menjaga kestabilan pH. Salah
satunya adalah saliva sebagai buffer di dalam mulut. Saliva menjaga derajat
keasaman di dalam mulut agar tetap sesuai dengan yang dibutuhkan.
Di dalam saliva
terdapat berbagai komponen yang berfungsi sebagai buffer antara lain : fosfat,
bikarbonat, protein dan urea.
Bikarbonat merupakan
komponen yang paling besar fungsinya sebagai buffer dalam saliva karena
sifatnya yang mudah untuk berikatan dengan hidrogen. Mekanisme yang terjadi
adalah antara komponen buffer dan uap air (H2O).
DAFTAR
PUSTAKA
·
Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran:
Jakarta.
·
Amerongen, AVN. Michels, LFE. Roukema,
PA. Veerman, ECI. 1992. Ludah dan
Kelenjar Ludah Bagi Kesehatan Gigi. Terjemahan Abyono R. Suryo S. Cetakan
kedua. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
·
Kidd EAM, Joyston-Bechal S. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC
·
Ganoong WP. 2008. Fisiologi dan Anatomi Manusia. Jakarta: EGC
·
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
0 comments:
Post a Comment